TARI REJANG DEWA
Tari Rejang Dewa adalah tarian yang dilakukan oleh para Gadis yang belum pernah mengalami datang bulan, oleh karena itulah kebanyakan penari yang membawakan tarian ini masih duduk di bangku sekolah dasar. Tarian ini pun dilakukan secara berkelompok atau massal, gerak-gerik tarinya sangat sederhana yang biasanya ditarikan pada waktu berlangsungnya suatu upacara Yadnya.
Walaupun gerakan tarian hanya terdiri dari gerakan yang sederhana,
namun makna yang terkandung dalam tarian ini tidaklah sesederhana itu.
Gerakan dalam tarian ini memerlukan gerakan tubuh yang lincah dengan
mengikuti alunan suara gamelan Gong Kebyar atau Gong Gede diselimuti
aroma dupa yang sangat wangi, harum menambah suasana semakin sakral dan
khidmat, para penari rejang dewa menari dengan berbaris melingkar yang
kadang kala dilakukan dengan berpegangan tangan.
Tarian ini dilakukan dengan lemah gemulai, penuh rasa pengabdian
kepada Bhatara Bhatari. Para penarinya mengenakan pakaian upacara yang
biasanya didominasi oleh warna putih dan kuning, dengan perhiasan kepala
yang dibuat sedemikian rupa dari bahan janur kuning.
Gerak-gerak yang dominan dipakai dalam tari Rejang adalah ngembat dan
ngelikas atau gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah
kedepan secara perlahan. Ketika menari, penari Rejang pada umumnya tidak
berdialog atau menyanyi.
Tari Rejang Dewa adalah simbol Widyadara dan Widyadari yang menuntun
Bhatara turun ke dunia yang dilakukan pada waktu melasti atau turun ke
peselang atau Tari Rejang Dewa biasanya ditampilkan ketika diadakan
acara – acara keagamaan atau ritual tertentu lainnya.
Tarian ini tidak dipentaskan di sembarang tempat melainkan ditampilkan
ditempat-tempat yang dianggap suci oleh para umat, biasanya dipentaskan
di halaman Jeroan atau jaba tengah dari sebuah Pura.
Contohnya Pada saat Upacara Puncak Ngenteg Linggih , Mupuk Pedagingan Lan Pedudusan Agung Alit di Pura Dadia Abasan Banjarangkan, Klungkung Jika karena sesuatu hal tari Rejang dapat dipentaskan di jabe sisi pura, yang terpenting pementasannya selalu berdekatan dengan tempat sesaji atau tempat lainnya yang dipandang suci.
Tujuan dilaksanakannya Tarian ini merupakan persembahan suci untuk menyambut kedatangan para Dewata dan sekaligus menghibur para Dewa yang turun dari Kahyangan ke Bumi. Melalui puja dan puji mantra dan sesaji sesuai urutannya para Dewa diundang untuk turun dari Kahyangan dan bersemayam pada benda-benda suci seperti Pratima atau Tapakan. Melalui tarian ini kita merasakan bersyukur dan terimakasih kepada para Dewa atas berkenan-nya turun ke Bumi.
Komentar
Posting Komentar